Menjelang makin dekatnya hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2016/2017, anak saya yang baru saja masuk SMP minta dibelikan tas sekolah baru. Kebetulan sekali, anak saya terakhir kali membeli tas sekolah adalah saat naik kelas 5 SD. Berarti tasnya sudah 2 tahun dipakai. Secara tampilan dan fungsional, memang sudah pantas untuk membeli tas baru. Apalagi akan dipakai di SMP, dimana selera anak terkait corak, warna, gambar dan fungsionalnya sudah jauh berubah dan berbeda dibandingkan saat masih SD.
Kaos Distro – Belilah Dari Pedagang Kecil, Mereka Tidak Mengumpulkan Uang Untuk Hidup Mewah, Hanya Sekedar Bertahan Hidup Sehari Hari
Awalnya anak minta dibelikan tas baru di sebuah Mall terkenal atau Toko buku besar terkenal di Indonesia. Akan tetapi saya mempunyai tujuan lain sehubungan dengan kegiatan membeli tas bersama anak. Tujuan tersebut adalah mengenalkan anak pada ekonomi sektor real khususnya agar mau berpihak pada para pedagang kecil.
Saya pun mengajak anak menyusuri jalanan yang banyak terdapat pedagang kecil penjual tas. Sepanjang perjalanan saya mencoba menjelaskan pada anak terkait ekonomi sektor real dan juga pentingnya peduli pada pedagang kecil di sekitar kita. Saya berusaha menjelaskannya secara sederhana agar bisa dimengerti sang anak.
Biarpun harga tas di pedagang atau toko kecil pinggir jalan relatif lebih mahal dibandingkan di penjual di Mall ataupun toko perlengkapan sekolah yang besar dan terkenal, agar tetap memilih membeli di pedagang kecil. Saya contohkan terkait tas sekolah berupa harga yang lebih mahal dengan toleransi lima puluh ribu rupiah. Bila di Mall harganya Rp150 ribu, maka tidak mengapa bila kita membeli di pedagang kecil dengan harga Rp200 ribu.
Pedagang kecil hanya memiliki modal yang sedikit atau terbatas. Hal ini membuat mereka tidak bisa bersaing dengan pedagang besar yang mampu membeli stok barang dalam jumlah besar sehingga mendapatkan harga yang lebih murah yang berakibat dapat menjual barang lebih murah dibandingkan pedagang kecil. Pedagang kecil juga kurang bisa bersaing dalam mengakses sumber produksi dan informasi yang lebih cepat dan murah. Maka dari itu wajar saja harga di pedagang kecil relatif lebih mahal dibandingkan dengan pedagang besar semacam yang ada di Mall.
Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang kecil tidaklah seberapa, namun sangat dibutuhkan untuk menafkahi keluarganya, menyekolahkan anaknya hingga mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Bila bukan kita yang membeli barang dagangan mereka, maka usaha mereka akan mundur bahkan bangkrut. Pengangguran pun akan bertambah, masalah sosial makin banyak dan akhirnya berpotensi pada meningkatnya angkat kejahatan atau kriminal. Bila kita peduli pada pedagang kecil, maka artinya sama saja kita juga peduli dan telah menolong rakyat kecil untuk mandiri dan menjadi bersemangat untuk berusaha mencari nafkah.
Namun demikian, bukan berarti asal membeli saja di pedagang kecil. Harus tetap memperhatikan kualitas dan pelayanan agar mereka dapat bersaing di dunia usaha yang makin ketat. Harus tetap hati-hati pada pedagang kecil yang tidak jujur. Bila pelayanannya kurang baik, harganya tidak rasional dan tidak bisa ditawar, maka apa boleh buat kita harus berpindah kepada pedagang kecil lainnya yang lebih baik.
Saya memberikan anak budget maksimal Rp200 ribu untuk membeli tas sekolah yang diinginkannya. Akan tetapi sebenarnya saya memberikan toleransi harga tas sampai dengan Rp300 ribu bila tas idamannya tidak bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Namun toleransi ini tidak saya beritahukan pada anak. Biarlah ia berusaha dulu mencari tas yang terbaik dengan harga yang sesuai.
Dari toko ke toko, dari penjual ke penjual kami datangi satu per satu. Saya biarkan saja anak masuk sendiri ke dalam toko mencari tas, menanyakan harga dan menawarnya bila tertarik. Saya sengaja tidak ikut campur, hanya menunggu di depan toko saja sambil mengawasi. Biarlah ia belajar mandiri bagaimana cara bertransaksi di pedagang kecil yang jauh berbeda bila membeli di Mall atau toko besar yang tidak bisa ditawar-tawar lagi karena harganya sudah ditetapkan dalam label barang.
Sampai akhirnya di toko yang kesekian, sang anak berhasil mendapatkan tas yang disukainya. Saya surprise karena ternyata harga tas yang dibelinya hanya Rp80 ribu saja. Harga yang jauh di bawah budget yang saya beritahukan (Rp200 ribu) dan yang saya siapkan (Rp300 ribu).
Saya tanyakan berkali-kali kepadanya, apakah serius dan benar-benar suka tas tersebut. Si anak dengan mantap menjawab suka sambil menganggukkan kepala beberapa kali. Saya pun segera memberikannya uang untuk membayar tas yang menjadi pilihannya tersebut.
Selanjutnya kami segera meluncur pulang sambil membahas keunggulan tas yang dipilihnya. Saya pribadi tidak keberatan apapun tas yang dipilihnya untuk dipakai pertama kali di SMP. Hari itu saya merasa senang karena sepertinya sang anak menikmati pengalamannya bertransaksi secara mandiri dengan pedang tas kecil di pinggir jalan. Semoga hal tersebut membuka cakrawalanya terkait ekonomi sektor ril dan membuatnya berpihak pada pedagang kecil sejak dini.
Mari bantu pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia. Belilah dari mereka walaupun harganya sedikit lebih mahal dibandingkan di Mall atau toko-toko besar. Membeli di pedagang kecil berarti membantu ekonomi sektor ril negara kita yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakya kecil. Dengan mendidik anak-anak sejak dini terbiasa bertransaksi dengan pedagang kecil, akan membentuk kepedulian anak-anak pada pedagang sejak dini. Saat dewasa nanti, mereka akan cenderung lebih berpihak pada pedagang menengah.
Post A Comment:
0 comments: